Mengenal Fauna "ENDEMIK" Nusa Tenggara Barat (NTB)

Keanekaragaman hayati Nusantara merupakan anugerah kekayaan alam (hayati) pemberian Allah SWT yang wajib kita syukuri keberadaannya. Hutan Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan ketiga terluas di dunia dengan hutan tropis dan hutan hujan (rain forest) di Kalimantan dan Papua. Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI), sebuah lembaga independen pemantau hutan Indonesia, sejumlah 82 hektare luas daratan Indonesia masih tertutup hutan. Hal ini menunjukkan bahwa hutan Indonesia masih menyimpan banyak kekayaan hayati berupa kekayaan jenis Flora dan Faunanya.

Indonesia memiliki keragaman flora dan fauna (keanekaragaman hayati) yang sangat besar. Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia termasuk tiga besar di dunia bersama-sama dengan Brazil di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika. Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan, pada tahun 1999 jumlah spesies tumbuhan di Indonesia mencapai 8.000 spesies yang sudah teridentifikasi dan jumlah spesies hewan mencapai 2.215 spesies. Namun Jumlah tersebut diperkirakan baru 20 persen saja dari jumlah flora dan fauna yang ada di Indonesia.

Berdasarkan data-data tersebut, maka Artikel ini akan mencoba memberikan sedikit informasi menarik tentang "FAKTA" kekayaan hayati yang di miliki oleh negeri tercinta kita ini. Khususnya postingan ini akan membahas "Ragam Fauna di wilayah pulau Nusa Tenggara Barat (NTB).
Beberapa Fauna (hewan) "Endemik" hutan atau pulau di Nusa Tenggara Barat (NTB) antara lain:
  1. BURUNG KOAKIAU (KOAK KAO)
  2. Cucak Timor (Philemon buceroides) adalah burung dalam keluarga Meliphagidae. Burung ini juga dikenal sebagai koak kao di daerah Nusa Tenggara barat (NTB). Burung ini pada habitatnya ditemukan di Australia dan Indonesia. Habitat asli brung koakiau adalah daerah kering hutan subtrofis hingga trofis, hutan lembab dataran rendah, dan daerah hutan bakau. Salah satu daerah konversi Cucak Timor ini adalah di taman burung pulau Moyo - NTB. Umumnya burung ini memakan buah-buahan dan biji-bijian, namun selain itu kadang-kadang burung ini juga memangsa serangga, ikan kecil, dan katak.



  3. BURUNG MADU LOMBOK
  4. Burung Isap madu Topi Sisik (Lichmera lombokia) merupakan species endemik Nusa Tenggara barat (NTB), mempunyai ciri khas utama seperti: model paruh langsing dan runcing yang berfungsi seperti pipa sedotan khusus. Burung ini mendatangi berbagai macam bunga untuk menghisap madu bunga persis seperti perilaku lebah madu hutan. Lichmera lombokia tersebar di sekitar Lombok, Sumbawa, dan Flores. Burung ini menghuni hutan primer, hutan yang rusak, semak, dan lahan budidaya yang pohonnya sedikit. Kebiasaan dan kemampuan terbangnya mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1.600 m lebih (di Lombok sebagian besar di atas 1.000 m; di Sumbawa hanya di dataran tinggi pada ketinggian 800 m atau lebih; di Flores sebagian besar di atas 1.000 m.


  5. BEO SUMBAWA
  6. Beo, mamiang, atau tiong emas (Gracula religiosa) sejenis burung anggota Sturnidae (alak dan kerabatnya). Beo menjadi burng piaraan yang sangat digemari orang karena kepandaiannya berbicara. Di alam, jenis burung ini hidup di hutan-hutan basah, terutama di bukit-bukit dataran rendah sampai daerah 1000-2000 meter di atas permukaan laut. Wilayah persebaran alaminya adalah mulai dari Sri Lanka, India, Himalaya, ke timur hingga Filipina dan Jawa. Beo menyukai buah-buahan yang berdaging tebal dan tidak keras. ia juga meminum nektar bunga. Untuk memenuhi kebutuhan protein. Burung Beo makan serangga seperti belalang, jangkrik, capung, dan telur semut. Beo bertelur dua sampai tiga butir setiap musim bertelur. terdapat beberapa anak jenis beo, yaitu: Gracula religiosa robusta, atau jenis terbesar (beo Nias); Gracula religiosa intermedia; dan Gracula religiosa indica, yang terkecil. Selain itu, terdapat pula anak jenis endemik dari Sumbawa (Gracula religiosa venerata). Semua beo termasuk hewan dilindungi oleh undang-undang.


  7. ELANG TIKUS
  8. Elang Tikus (Elanus caeruleus) termasuk genus Elanus, species Elanus caeruleus, dengan ciri-ciri: berwarna putih, abu-abu, dan hitam, berukuran 30 cm, berbercak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khhas. Elang tikus dewasa mempunyai mahkota, punggung, sayap pelindung dan bagian pangkal ekor abu-abu, muka, leher dan bagian bawah putih. pada waktu memangsa, elang ini suka melayang diam-diam sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Elang remaja sama dengan dewasa tetapi corak warna coklat, iris merah, paruh hitam dengan sera kuning, kaki kuning. Persebarannya meliputi Semenanung Iberian, Afrika, Arabia, pakistan bagian timur sampai selatan, Cina bagian timur, semenanjung Malaya. Di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Borneo dan Sulawesi, NTB
    Di Kalimantan sebagai pengembara lokal. Hewan ini memangsa binatang pengerat antara lain kelelawar, burung kecil, reptil, dan serangga.


  9. KIJANG
  10. Kijang (Muncak atau Mayung, Ilmiah: Muntiacus muntjak) adalah kerabat rusa yang tergabung dalam genus Muntiacus. Kijang berasal dari dunia lama dan dianggap sebagai jenis rusa tertua dan telah ada sejak lama. wilayah persebarannya ditemukan di Asia Selatan dan asia Tenggara, mulai dari India, Sri Lanka, Indocina hingga kepulauan Nusantara.







  11. RUSA TIMOR
  12. Rusa Timor (Cervus timorensis) merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa Timor diperkirakan berasal dari pulau Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Rusa Timor ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi NTB. rusa timor dalam bahasa Inggris mempunyai beberapa sebutan seperti Javan Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer.







  13. TRENGGILING
  14. Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga, terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan tropis dataran rendah.Trenggiling kadang juga dikenal sebagai anteater. Bentuk tubuh trenggiling memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut disarangnya. Rambut trenggiling termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Trenggiling dapat juga mengebatkan kornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya.
Dikutip dari Dokumentasi Museum Negeri Prov. NTB






Dokumentasi: Sabtu, 30 Juni 2018 saat kunjungan bersama keluarga, mengisi liburan akhir semester genap.

Labels: Gallery

Thanks for reading Mengenal Fauna "ENDEMIK" Nusa Tenggara Barat (NTB). Please share...!

3 Comment for "Mengenal Fauna "ENDEMIK" Nusa Tenggara Barat (NTB)"

sekarang satwa satwa itu dah jarang terlihat dan mungkin tak akan terlihat lagi kl tidak ada kepedulian dari kita

Satwa satwa endemik ntb ini akan punah kl kita tak peduli

Diperlukan kesadaran masyarakat dengan terus mendorong Pemda setempat ataupun pusat untuk mengkampanyekan pentingnya kelestarian satwa langka sebagai bentuk keseimbangan ekosistem.

Dilarang berkomentar hal-hal yang bersifat sara dan pornografi

Back To Top