Bagaimana konsep dan peran ICT dalam pembelajaran?
Ilustrasi di bawah ini dapat memberikan gambaran bagaimana perkembangan proses TIK atau ICT dalam pendidikan.- Gambar 1. Learning about computer and the internet (supplementary)
- Gambar 2. Learning with computer and the internet (complementary)
- Gambar 3, 4. Learning through computer and the internet (integrated and infused)
- Konsep Pembelajaran Terpisah
- Konsep Pembelajaran Terkait
- Konsep Pembelajaran Terintegrasi
- menjadi partisipan aktif
- menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli.
- belajar secara individu, sebagai mana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Jika Anda diberikan suatu pertanyaan, Apakah TIK di sekolah telah dijadikan sebagai sarana untuk pembelajaran atau masih dijadikan sebagai obyek yang dipelajari? Apakah siswa sudah belajar dengan TIK atau siswa masih belajar tentang TIK?”
Mungkin, Anda menjawab bahwa TIK di sekolah masih dijadikan sebagai obyek yang dipelajari atau siswa masih diposisikan sebagai orang yang sedang belajar TIK. Begitulah tahap awal dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan seperti gambar lingkaran pertama pada ilustrasi di atas (Gambar 2). Pada tahap ini terjadi pemisahan antara pembelajaran dengan TIK, malah yang terjadi adalah siswa belajar tentang TIK itu sendiri. Sehingga TIK hanya berperan sebagai tambahan (supplementary) artinya siswa diberi kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran berbasis TIK (media elektronik) atau tidak.
Pada konsep pembelajaran terpisah, teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Sehingga pembelajaran di sekolah berdasarkan kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya. Munculnya mata pelajaran baru di kurikulum sekolah tersebut merupakan tanda bahwa TIK masih diposisikan sebagai objek yang dipelajari.
Padahal, apa yang seharusnya terjadi adalah sambil belajar tentang TIK (learning about ICT), siswa juga belajar dengan menggunakan atau melalui TIK (learning with and or through ICT). Ingat, yang dimaksud dengan TIK tidak hanya komputer dan internet tapi segala jenis media informasi dan komunikasi lain yang mendukung proses pembelajaran di kelas.
Pembelajaran terkait (connected learning) dikenal dengan pembelajaran terhubung. Konsep pembelajaran terkait dengan TIK merupakan suatu keniscayaan. Perkembangan TIK mau tidak mau mempengaruhi model pendekatan pembelajaran. Setiap
mata pelajaran hakikatnya dapat dikaitkan dengan TIK baik dalam penggunaan teknologinya maupun dalam penggunaan media pembelajarannya. Pada tahapan ini penyatuan teknologi dan media dalam pendidikan sebagai pelengkap (complementary). Materi pembelajaran elektronik (teknologi dan media) diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas.
Pada tahap ini teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya.
Perubahan dalam proses pembelajaran mengarah kepada pembelajaran generasi terkini yaitu e-learning dan mobile learning (m-learning), yaitu proses pembelajaran yang mengandalkan terintegrasi dengan multimedia (web-based course), computer and mobile mediated communication, serta computer intelligent system. Proses pembelajaran didominasi oleh cara belajar siswa dimana
karakter siswa yang suka komputer, suka game, dan suka online, lebih menyukai yang bersifat visual, tekstual, dan interaktif. Dalam belajar mereka tidak dibatasi tempat dan waktu, serta tidak tergantung pada jadwal.
Konsep pembelajaran tersebut merupakan konsep pembelajaran terintegrasi (terpadu). Pembelajaran terpadu (integrated learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi
siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh.
Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin beragam.
Kekuatan pembelajaran terintegrasi antara lain dapat memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai mata pelajaran, memungkinkan pemahaman antar matapelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian, membangun motivasi siswa, mengembangkan kreativitas guru, serta menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya pembelajaran karena adanya penyederhanaan langkah-langkah pembelajaran. Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai adanya keterpaduan antara mata pelajaran tertentu dengan TIK dimana pembahasan suatu topik, pengembangan keterampilan dan pemberian tugas-tugas diprogramkan agar siswa dapat belajar dengan menggunakan TIK. Pada tahap ini siswa sambil belajar tentang TIK (learning about ICT), siswa juga belajar dengan menggunakan atau melalui TIK (learning with and or through ICT).
Bagaimana pembelajaran yang Anda lakukan di kelas? Apakah sudah membelajarkan siswa dengan menggunakan TIK atau lebih jauh lagi?
Potensi integrasi TIK dalam pembelajaran dapat memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat
berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital. Lebih jauh lagi, pada saat ini hubungan antara teknologi dan media (TIK) dengan pendidikan semakin erat bahkan kini telah menyatu (infused). Pendekatan infusing menuntut adanya upaya
untuk mengintegrasikan dan memasukkan TIK ke dalam kurikulum. Pada pendekatan ini, sekolah telah menerapkan teknologi berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bagian administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode baru sehingga TIK mengubah produktivitas dan pekerjaan profesional mereka. Hal ini berlanjut pada pendekatan transforming yang dicirikan dengan adanya upaya sekolah untuk merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih kreatif. TIK menjadi bagian integral dengan kegiatan pribadi dan kegiatan profesional sehari-hari. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered (berpusat pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan dunia nyata. Sekolah
sudah menjadi pusat pembelajaran untuk para komunitasnya.
Bila dilihat dari sisi peran TIK bagi siswa, maka pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran harus memungkinkan siswa:
Jika pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih membuat siswa tetap pasif, mereproduksi pengetahuan (sekedar menghafal), seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah dirinya, maka sia-sialah teknologi tersebut diiintegrasikan dalam proses pembelajaran yang kita lakukan. Percayalah, jika itu yang terjadi, maka siswa-siswi kita nanti hanya akan memiliki ”PENGETAHUAN TENTANG ....” bukan KEMAMPUAN UNTUK .....”.
Jadi, secara teoretis, integrasi TIK dalam pembelajaran yang sesungguhnya harus memungkinkan terjadinya proses belajar yang:
- Aktif; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
- Konstruktif; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
- Kolaboratif; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
- Antusiastik; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Dialogis; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
- Kontekstual; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan "problem-based atau case-based learning"
- Reflektif; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.
- Multisensory; memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik.
- High order thinking skills training; memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy”.
Disinilah letak perbedaan antara guru abad 21 dengan guru tradisional. Kita sebagai guru abad 21 guru yang telah menggeser paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered learning) menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) dimana ia lebih berperan sebagai desainer pembelajaran, fasilitator, pelatih dan manajer pembelajaran. Bukan sebagai pencekok informasi dan satu-satunya sumber belajar, sang maha tahu. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran atau menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencirikan paradgma baru pembelajaran seperti dijelaskan di atas dengan mengintegrasikan TIK sebagai sarananya.
Hal ini sejalan dengan tujuan dari kurikulum 2013. Esensi dari kurikulum 2013 adalah merubah paradigm praktek pembelajaran dari pembelajaran konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru menuju pembelajaran modern dimana pembelajaran berpusat pada siswa. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik melalui 5M yaitu mengamati, mengeksperimentasi, mengasosiasi, menanya, dan mengkomunikasikan. Pendekatan pembelajaran saintifik ini bertujuan mengoptimalkan peristiwa belajar pada diri siswa karena belajar terjadi ketika mengalami yaitu terjadinya aktivitas melihat, mendengar, melakukan, merasa, mencoba, mempraktekkan, menciptakan, memodifikasi, dan lain-lain.
Bagaimana dukungan ICT (TIK) dalam pelaksanaan 5M ini?
- Mengamati (Observing)
- Menanya (Questioning)
- Menalar (Associating)
- Mencoba (Experimenting)
- Mengkomunikasikan (Networking)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya (Lazim, 2013). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Menurut Permendikbud Nomor 81a, kegiatan mengamati dalam pembelajaran hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
Peran TIK dalam aktivitas mengamati dapat berupa mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak melalui bahan belajar digital (learning object). Era teknologi ini banyak sekali sumber belajar yang bisa diperoleh siswa dengan mudah. Pencarian informasi dapat dilakukan diantaranya melalui buku elektronik, buku sekolah elektronik, multimedia pembelajaran, animasi/simulasi, video pembelajaran, slide presentasi, games, dan lain-lain. Dengan pemanfaatan TIK ini aktivitas mengamati dapat dilakukan lebih bervariasi dan menyenangkan.
Bagaimana aktivitas menanya dilakukan? Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. (Lazim, 2013).
Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran yaitu mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Dalam materi pelatihan implementasi Kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2013) dijelaskan bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Apakah pemanfaatan TIK dalam aktifitas 5M sudah dituangkan pada rancangan pembelajaran di kelas Anda? Jika belum, Anda dapat memulainya dari sekarang.
Dikutip dari modul belajar pustekom: Perancangan belajar berbasis TIK
Labels:
Gallery
Thanks for reading KONSEP DAN PERAN ICT DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21. Please share...!
0 Comment for "KONSEP DAN PERAN ICT DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21"
Dilarang berkomentar hal-hal yang bersifat sara dan pornografi