Apa yang dimaksud dengan Literasi Media?
Definisi umum mengenai literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media (Livingstone, 2004).
Di era banjir informasi seperti sekarang, banyak orang bingung saat mengikuti pemberitaan media massa. oleh karena itu, dibutuhkan daya kritis saat membaca, mendengar, dan menyaksikan berita di media massa sehingga pengguna media bisa memanfaatkan isi media sesuai dengan petentingannya.
Menurut KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) setidaknya ada tiga tujuan utama dari literasi media:
- Memahami operasi media dengan benar, dimana pengguna media perlu mengetahui bagaimana media beroperasi, mulai dari bahwa televisi memerlukan modal besar dalam setiap produksinya, orientasi profit yang tinggi, hingga soal kepemilikan media yang bisa menentukan arah dan kebijakan sebuah tayangan televisi.
- Menyikapi media secara benar, dimana khalayak perlu menerapkan sikap dan perilaku yang benar dan tepat pada media massa yang mereka konsumsi. Faktanya, sikap yang salah akan berimplikasi buruk. Jika tidak menyukai konten pada suatu media tertentu,jangan baca, dengar, atau tonton lagi konten tersebut. Sayangnya, justru masih banyak yang tetap mengkonsumsi konten media yang sama meskipun tidak disukainya. Hal ini tercermin jelas pada kasus dimana seseorang tidak suka dengan tayangan infotainment yang dianggap hanya menjelek-jelekkan orang lain, namun tayangan tersebut tetap ditonton dengan selalu mengeluh atau berkomentar buruk saat menontonnya.
- Memihak pada (isi) media yang benar, dimana pada faktanya tidak semua isi media adalah benar dan merupakan kebenaran. Namun bukan pula semata semua isi media tidak benar. Sajian program faktual sekalipun belum tentu rnengandung suatu informasi yang benar, meskipun tersaji dengan konsep jurnalistik yang benar.
Beberapa media massa yang ada di Indonesia justru kerap menyajlkan konten yang buruk, seperti sesuatu yang mengandung unsur seks, kekerasan, horor, dan mistis. Terhadap media dan isi media yang seperti ini, diharapkan pengguna media bisa memberikan hukuman (social pumshment) terhadap praktek media yangtidak benar. Sanksi sosial yang dapat dilakukan bila ada tayangan yang dianggap tidak baik maupun tidak benar minimal adalah dengan tidak menontonnya, memberi tahu lingkungan sekitar kita, atau akan sangat membantu jika kita dapat mencatat dan mengadukan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Literasi media harus dapat dilakukan kepada khalayak, pihak yang berwenang, para praktisi media dan institusi media. Setiap elemen masyarakat perlu melek media bukan untuk kepentingan dirinya saja akan tetapi untuk bersama-sama membantu terwujudnya isi media yang lebih berkualitas atau meminimalisasi dampak negatif media di masyararakat. Berbagai elemen yang perlu melek media adalah:
Kelompok-kelompok di masyarakat yang terbagi dalam kelompok minat-minat khusus, forum diskusi, milis, blogger, hingga kelompok pengguna media sosial.
lnstitusi pendidikan - baik para pemilik atau penanggung jawab, pengelola maupun para pendidik yang berhubungan langsung dengan para anak didik.
Aparat lembaga pemerintahan baik pusat maupun daerah di bidang yang terkait dengan infrastruktur, perijinan maupun dampak sosial media di masyarakat.
KOMPETENSI LITERASI MEDIA
Kompetensi literasi media adalah kemampuan orang untuk menggunakan, menyeleksi, mengevaluasi, dan menilai media. Mereka tidak menerima begitu saja apa yang disajikan media. Mereka mampu menyadari perbedaan antara dunia nyata dan dunia yang dihasilkan oleh media (Potter, 2005).
Apabila kita "melek media" maka kita dapat memperoleh isi media yang kita inginkan dan butuhkan tanpa teralihkan oleh pesan-pesan yangtidak kita inginkan atau butuhkan.
Lima komponen penting dalam struktur pengetahuan terkait literasi media (Potter, 2005) adalah:
- Struktur pengetahuan mengenai efek media
- Struktur pengetahuan mengenai isi media
- Struktur pengetahuan mengenai industri media
- Struktur pengetahuan mengenai dunia sekitar
- Struktur pengetahuan mengenai diri sendiri
Jika seseorang memiliki pemahaman tentang literasi media atau dikatakan "melek media" maka ia:
- Paham bahwa konten media adalah hasil konstruksi, dan media dapat mengkonstruksi realitas.
- Paham bahwa media memiliki implikasi komersial (terkaitdengan bisnis, iklan, dll).
- Paham bahwa media memiliki implikasi politis dan ideologis.
- Paham bahwa setiap jenis media memiliki bentuk, keunikan, tersendiri.
- Paham bahwa Khalayak dapat menegosiasikan makna yang mereka temui di media (Aufderheid, 1992).
PRAKTIK LITERASI MEDIA
- Membedakan Berita Positif dan Berita Negatif Setiap berita punya nada dan kerangka berita atau biasadisebut dengan tone berita dan framing. Berdasarkan nada atau kerangka pemberitaan, maka ada berita yang dapat digolongkan positif maupun negatif.
- Membedakan Fakta dan Opini Fakta ialah deskripsi dari apa yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan secara langsung. Fakta bukan berisi pendapat atau pandangan seseorang tentang sesuatu. Sedangkan opini merupakan ide, pendapat, pikiran seseorang tentang sebuah isu, kejadian atau peristiwa.
Mari kita kenali ciri-ciri kedua nada berita ini:
Ciri-ciri Berita Positif:
1. Menggunakan kalimatyangjelas dan mudah dipahami.
2. Berita didasarkan fakta dan kejadian yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan.
3. Tidak mengadu domba dan menimbulkan perpecahan (SARA).
4. Sumber beritanyajelas dan dapat dipercaya.
5. Tidak mengandung informasi yang tidak jelas atau tidak didukung fakta
Ciri-ciri Berita Negatif:
1. Kalimat yang digunakan membingungkan dan menimbulkan banyak persepsi.
2. Banyak menggunakan opini daripada fakta.
3. Bersifat provokatif, mengadu domba, menghasut, memunculkan konfik (SARA).
4. Sumber berita tidak jelas dan tidak dapat dipercaya.
5. Tidak didukung fakta dan sumber jelas (gosip) tentang sebuah isu, kejadian atau peristiwa.
Sumber: Kominfo (Saatnya Kita Melek Media).
Labels:
Gallery
Thanks for reading LITERASI MEDIA (Menuju Masyarakat Milenial). Please share...!
0 Comment for "LITERASI MEDIA (Menuju Masyarakat Milenial)"
Dilarang berkomentar hal-hal yang bersifat sara dan pornografi